Kamis, 25 Juni 2009

Tafsir Al-Munjy


58 Hari di bawah langit Qur'an

4 komentar:

  1. Benarkah bulan pernah terbelah pada masa Nabi Muhammad SAw?

    BalasHapus
  2. Tubuh Firaun Tingginya Hanya Mencapai empat jengkal
    Dalam Tafir al-Showy, ketika menafsirkan ayat "Pergilah kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melewati batas" (QS. Al-Nazi'at: 17), dikatakan bahwa tinggi badah Firaun itu adalah empat syibr (jengkal), dan jenggotlah lebih panhang dari badannya. Mungkin banyak orang yang tidak tertarik membaca riwayat ini, karena dinilai termasuk israiliyat, tetapi penulis bukan termasuk orang yang seperti itu, penulis berpendapat bahwa israiliyat yang telah kutip oleh para mufassir didalam kitabnya, kendati banyak yang dhaif, tetap dapat dipertanggungjawabkan keilmihahannya. Lalu bagaiamana dengan mumi yang ditemukan di Musir, apakah mumi tersebut adalah jasad Firaun yang ditenggelamkan oleh Nabi Musa AS? Tentu, ya. Mumi tersebut adalah jasad Firaun itu, karena dalam surat Yunus ayat 92 disebutkan bahwa Allah SWT akan mengawetkan jasad Firaun agar menjadi tanda kekeuasaanNya bagi orang-orang yang datang kemudian. Lalu apakah benar tinggi mumi tersebut hanya empat jengkal manusia? Kalau dijengkali oleh kita, tentu lebih dari empat jengkal, karena lumayan tinggi. Tetapi mumi itu termasuk pendek dibandingkan dengan manusia di zamannya. Jadi yang dimaksud empat jengkal di situ adalah dengan jengkal manusia normal di zamannya. Tapi, bagaiaman kita tahu, kalau jengkal orang-orang dulu lebih panjang? Tidak ada yang tahu. Ini hanya kira-kira saja. Penulis teringat hadits dalam Shahih al-Bukhary yang menerangkan bahwa tinggi badan Nabi Adam adalah tujuh puluh siku,berarti jengkalnya pun tentu harus seimbang dengan tingginya. Maka pada zaman Firaun, meski tidak setinggi Nabi Adam, tentu lebih tinggi dari manusia zaman sekarang. Atau yang dimaksud dengan syibr pada riwayat itu bukan jengkal, tetapi siku, ini dapat dilihat dari perbandingan riwayat-riwayat yang menceritakan postur tubuh Ya'juj wa Ma'juj bahwa di antara mereka ada yang tingginya empat syibr, dan di dalam kitab Akhbaruz Zaman,kata syibr diungkapkan dengan dzira' (sikut, berarti dapat dipahami bahwa syibr dalam riwayat tentang tinggi badan Firaun adalah dzira' juga, berarti Firaun tingginya empat siku. Dan tentu ini pun tidak diketahui bahwa yang dimaksud siku itu siku siapa. Mungkin seperti tadi. Namun yang jelas, dalam kitab Mukhtar al-Shiha dan Taj al-'Arus dikatakan bahwa kata syibr ketika menunjukan tinggi badan manusia diartikan badan yang pendek. Firaun itu pendek tetapi tidak diketahui berapa tinggi badannya.Dan memang mumi di Mesir itu tidak terlalu tinggi. Karena itu, dalam tafsir al-Sam'any, riwayat tentang empat jengkal itu redaksinya berbeda. Di sana disebutkan bahwa Firaun itu mempunyai kuku yang panjangnya mencapai empat jengkal. Jadi yang empat jengkal itu bukan tinggi badan Firaun, tetapi panjang kukunya. Dalam Tafsir al-Sam'any tidak disebutkan jenggot. Tetapi kuku. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa Firaun itu tinggi hingga kukunya saja mencapai empat jengkal. Yang jelas, lihat saja mumi di Mesir lalu ukur, dan itulah tafsir dari empat jengkal itu. Wallahu A'lam

    BalasHapus
  3. BULAN PERNAH TERBELAH PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI MUKJIZAT ATAS KAUM MUSYRIKIN.
    Terdapat riwayat hadits yang menginformasikan bahwa bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah SAW. Diantara para shahabat yang meriwayatkannyaada yang langsung menyaksikan peristiwa tersebut, seperti Ibn Mas'ud, Jubair Ibn Muth'im, Hudzaifah Ibn Al-Yaman, dan ada yang tidak menyaksikan secara langsung, melainkan mendengarnya dari Rasulullah SAW atau dari shahabat-shababat senior, seperti Ibn Abbas, Anas Ibn Malik, dan Ibn Umar. Dalam 'Umdatul Qary disebutkan bahwa ketika itu Ibn Abbas baru berumur sekitar dua tahun atau tiga tahun. Peristiwa itu dilatarbelakangi oleh permintaan orang-orang musyrik agar Rasulullah SAW memperlihatkan suatu tanda yang menunjukan kebenaran risalah beliau. Kemudian bulan terbelah yang berpusat di Makkah atau lebih tepatnya di Mina dengan disaksikan oleh Rasulullah SAW, sebagian besar para shahabat, dan orang-orang musyrik. Ketika itu, Rasulullah SAW bersabda: "Saksikanlah!". Ibn Mas'ud menceritakan bahwa ia melihat bukit di hadapannya berada di antara dua celah bulan. Namun setelah itu, orang-orang musyrik bukannya beriman, tetapi justru malah meyakini bahwa apa yang dilihatnya adalah akibat pengaruh dari sihir Ibn Abi Kabsyah (Muhammad). Mereka menuntut bukti kalau bulan benar-benar terbelah, hingga mereka berkata: "Tunggulah orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan, kalau mereka melihat bulan terbelah sebagaimana kita melihat, maka itu bukan sihir, karena pengaruh sihir tidak akan sejauh itu". Dan alangkah terkejutnya mereka, setelah orang-orang yang lama mereka tunggu itu datang, mereka mengatakan dengan jelas bahwa mereka melihat bulan terbelah sebagaimana orang-orang di Makkah.
    Riwayat-riwayat di atas menunjukan bahwa peristiwa itu terjadi di waktu malam ketika bulan sedang purnama. Bulan mendekat ke arah bumi, kemudian terbelah menjadi dua, dan peristiwa itu dapat terlihat oleh semua orang di penjuru bumi yang ketika itu telah malam dan muncul bulan, selama mereka menyadari, tidak tidur,dan cuaca cerah.
    Para filsuf, termasuk kaum Mu'tazilah, menolak keshahihan riwayat itu, padahal sudah jelas bahwa hadits itu diriwayatkan oleh-oleh shahabat-shahabat besar Nabi melalului rijal-rijal terpercaya seperti Al-Bukhary dan Muslim.Penolakan mereka bukan tanpa alasan,bahkan alasan mereka terkesan ilmiah. Kata mereka: "Terbelahnya bulan akan menjadi penomena terbesar yang pernah terjadi sepanjang sejarah, dan tentu setiap orang di seluruh penjuru negeri tidak akan meluputkannya. Sedang, pada kenyataannya, tidak ada catatan sejarah yang menginformasikan hal itu". Siapa bilang tidak ada catatan sejarah? Semua kitab tarikh Islam dan hadits mencatatnya, dan semua orang Islam tahu informasi ini dari generasi ke generasi. Dan harus dicatat, bahwa terbelahnya bulan hanya terlihat oleh orang-orang dari belahan bumi yang ketika itu sudah malam dan muncul bulan dalam keadaan cuaca cerah dan mereka sedang sadar, tidak tidur. Orang-Orang yang ketika itu daerahnya masih siang, atau sudah malam tapi tidak muncul bulan, atau muncul bulan tapi cuaca sedang buruk atau mereka tidak dalam keadaan sadar di akan melihatnya. Orang-orang Eropa, ketika itu, seandainya mereka melihat bulan terbelah, mereka tidak akan pernah mencatatnya kerena mereka masih sangat terbelakang, dan mereka pun tidak menceritakannya kepada anak-cucunya, karena bagi mereka hal itu akan tampak seperti gerhana saja yang suka berulang setiap tahun, karena bulan mendekat ke arah Mina, atau yang nampak bagi mereka hanya sebelahnya.

    BalasHapus
  4. LANJUTAN: Bulan Pernah Terbelah Pada Masa Nabi Muhammad SAW.
    Selain alasan yang telah terbantahkan di atas, para filsuf itu mengemukakan alasan bahwa: "Jika bulan terbelah, maka akan terjadi bencana besar di bumi akibat hilangnnya keseimbangan, mungkin akan terjadi tsunami, dan bahkan bumi akan hancur, dan kiamat terjadi". Sepertinya mereka belum mengetahui mukjazat. Kalau mereka mengaku ilmuwan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan alam, meraka akan mengetahui bahwa dengan teknologi tertentu bulan dapat dibelah tanpa menghilangkan keseimbangan alam semesta. Di sini, penulis tegaskan bahwa, mukjizat itu adalah ilmiah, bukan alamiah. Kalau seseorang merobek perutnya dengan sebilah pisau yang tajam, lalu ia mati, maka itu bukan ilmiah tetapi alamiah. Tetapi kalau seorang dokter merobek perut pasiennya dengan pisau khusus, lalu tidak terjadi apa-apa kepada pasien itu, dan justru menjadi sembuh, maka itu namanya ilmiah, bukan alamiah. Kalau bulan mendekat ke bumi, dan terbelah menjadi dua,kemudian menimbulkan ketidakseimbangan alam semesta dan kehancuran di bumi, maka itu bukan mukjizat, karena itu alamiah, bukan ilmiah, sedang mukjizat itu ilmiah. Nah, kalau bulan mendekat ke bumi, dan terbelah menjadi dua, tetapi alam semesta tetap seimbang, dan justru malah menjadikan bumi subur, baru itu namanya mukjizat, karena ilmiah. Setelah ini, apakah anda percaya bahwa bulan pernah terbelah pada masa Nabi Muhammad SAW yang diinformasikan dalam kitab hadits shahih?

    BalasHapus